Minggu, 22 April 2012

Introspeksi Diri? Kenapa Enggak


Jengkel dengan teman yang saat itu sebagai anak buah kamu, tidak bisa mengerjakan tugas kelompok sesuai standar yang kita mau? Atau sebal melihat guru yang tidak tau waktu malah ngomel ngalor ngidl di depan kelas? Stop! Jangan buru-buru menyalahkan mereka dulu. Jangan-jangan kesalahan bukan terletak semata-mata di pundak mereka. Lebih buruk, kesalahan mungkin saja terletak pada kamu.

Coba dengar dulu pengakuan seorang wanita yang kini berprofesi sebagai guru SD negeri ini: Waktu masih SMA, saya suka sekali melihat kesalahan guru gue sendiri, mencibir bila mereka melakukan kesalahan walaupun mereka pada dasarnya saya tahu mereka baik. Tapi keadaan berbalik 180 derajat ketika saya bertindak jadi guru. Menjadi guru ternyata tidaklah mudah. Banyak yang harus dilakukan demi target yang sudah dibuat sebelumnya. Dan ketika memikirkan bahwa murid saya sendiri mungkin saja mencibir saya di belakang, hati saya sangat sedih.

Hayoo, bagaimana bila kamu dalam posisi seorang guru SD ini? Bayangkan kalau dunia terbalik, bayangkan kamu ada di posisi orang lain yang kamu selalu cibir? Pasti rasanya tidak enak selalu menjadi orang yang tertekan dan dituntut macam-macam tanpa orang tersebut mencoba memahami posisi kita.

Hanya ada satu cara untuk mengatasi itu: introspeksi diri. Seiring perjalanan hidup, akan ada banyak peristiwa di mana kita harus belajar dan membiasakan introspeksi diri. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk introspeksi diri, salah satunya dengan becermin untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan pribadi. Dengan cara ini kita dapat mengembangkan diri menjadi lebih baik lagi. Orang harus melakukan introspeksi diri karena proses tidak selalu berjalan konstan. Ingatlah, pengalaman yang serupa tidak selalu memberi hasil yang sama, selalu ada keterbatasan dan perbedaan sudut pandang. Pemahaman kamu, misalnya sebagai seorang Ketua OSIS pasti berbeda dengan sudut pandang anggota OSIS kamu. Oleh karena itu rasa saling memahami, menoleransi, bahkan mengapresiasi karya orang lain mutlak dilakukan untuk mengurangi friksi ini.

Mungkin kita sering melihat kesalahan orang lain bahkan habis-habisan mengkritik kesalahan orang lain, tapi sadarkah bahwa kita pun sering berbuat salah. Melalui intropeksi diri sendiri, kita dapat memahami kekurangan dan kelebihan yang kita sekaligus orang lain miliki. Berkaca bahwa kita tak sebaik yang kita bayangkan selama ini kok; dan orang lain pasti memiliki kelebihan yang bisa diandalkan. Jangan sampai kita seperti ungkapan gajah di seberang mata tampak, kotoran di pelupuk mata tak tampak.

Dengan introspeksi diri yang seimbang, percayalah hubungan kamu dengan orang lain akan semakin baik. Orang lain pun akan lebih menghargai kita, bukan karena takut karena kita atasannya, tapi karena kamu terlebih dulu menghargai dia. (Berbagai Sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar